Mei 2015
Bulan Mei ini, aku mudik alias balik kampung seperti yang sudah aku rencanakan semenjak kalender 2015 terbit secara resmi. Transportasi sudah beres, tinggal nangkring saja semuanya. Dari sisi perjalanannya agak sedikit berbeda dari biasanya. Biasanya pesawat Lion Air malam lanjut bus Patas Eka Cepat, tapi kali ini aku lakukan sedikit modifikasi. Terbang siang lanjut kereta api. Jadi bisa dipastikan aku ga duduk di di dalam kabin hasil dari karoseri Morodadi dan kursi Aldilla, serta menikmati lengkingan khas dari engine Hino RK8 yang menderu memecah sunyinya malam antara aspal Surabaya Jogja. Dan juga ga duduk menikmati semangkok bakso dengan porsi yang menyedihkan di rumah makan Duta Ngawi Jatim pas dini hari atau tepatnya lewat tengah malam jelang pagi. Serta, yang paling penting aku absen menikmati aksi driver-driver to fast and furious versi bus Jawa Timuran di lintas Surabaya Solo Jogja yang kadang-kadang bikin jantung ini deg-deg an, aliran darah berdesir memicu adrenalin karena aksi-aksi overtaking bus Jawa Timur yang kadang-kadang berbahaya, yang mungkin hamper semua orang menyebut aksi ini berbahaya mengarah ke gila, selama hampir semalam suntuk. Tapi bagiku ini sensasional. It’s showtime pokoknya. Ngeri-ngeri sedap...
Rehat dulu, makan pisang….
Pisang udah ditelan semua…
Bulan Mei ini, aku mudik alias balik kampung seperti yang sudah aku rencanakan semenjak kalender 2015 terbit secara resmi. Transportasi sudah beres, tinggal nangkring saja semuanya. Dari sisi perjalanannya agak sedikit berbeda dari biasanya. Biasanya pesawat Lion Air malam lanjut bus Patas Eka Cepat, tapi kali ini aku lakukan sedikit modifikasi. Terbang siang lanjut kereta api. Jadi bisa dipastikan aku ga duduk di di dalam kabin hasil dari karoseri Morodadi dan kursi Aldilla, serta menikmati lengkingan khas dari engine Hino RK8 yang menderu memecah sunyinya malam antara aspal Surabaya Jogja. Dan juga ga duduk menikmati semangkok bakso dengan porsi yang menyedihkan di rumah makan Duta Ngawi Jatim pas dini hari atau tepatnya lewat tengah malam jelang pagi. Serta, yang paling penting aku absen menikmati aksi driver-driver to fast and furious versi bus Jawa Timuran di lintas Surabaya Solo Jogja yang kadang-kadang bikin jantung ini deg-deg an, aliran darah berdesir memicu adrenalin karena aksi-aksi overtaking bus Jawa Timur yang kadang-kadang berbahaya, yang mungkin hamper semua orang menyebut aksi ini berbahaya mengarah ke gila, selama hampir semalam suntuk. Tapi bagiku ini sensasional. It’s showtime pokoknya. Ngeri-ngeri sedap...
Rehat dulu, makan pisang….
Pisang udah ditelan semua…
Bus Patas EKA Cepat. (Sumber :google/bismania.com) |
Ya, mudik kali ini memang beda dan berbahaya, lebay kalo yang ini. (kok jadi kayak lagunya SID)…
Kembali ke laptop, eh ke topic…...
Kali ini aku naik pesawat siang, tepatnya sesudah makan siang. Pake citilink. Setelah bertahun tahun ga naik ini pesawat. Lanjut pake kereta api kebanggaan Negara, KA Sancaka eksekutif. Kenapa ? Karena aku kangen naik kereta jarak jauh, setelah hampir 7 tahun aku tidak naik kereta api jarak jauh, dan kebetulan jamnya bisa didapatkan. Setelah bertahun tahun tidak kesampaian untuk mencoba cara yang satu ini. Waktu pertama booking pesawat sudah aku incar ini kereta, tapi apa daya jamnya ga pas. Dan factor “wong bejo” serta rejeki anak soleh sedang berpihak padaku. Ternyata ada perubahan jadwal perjalanan kereta, sehingga si Sancaka ini jamnya mundur, jadi masih bisa dikejar setelah pesawatku landing, bahkan masih ada waktu untuk sekedar jalan-jalan dan mencuci mata di Surabaya yang panas, rencananya. Padahal aku juga belum tahu cara menuju stasiun dari terminal bis. Pokoke jalan-jalan dulu, secara aku belum pernah liat kota Surabaya.
Citilink Airbus A320 (Koleksi Pribadi) |
Skip skip…Tiba pas hari H keberangkatan.
Rencana tinggal rencana.
Akhirnya plan jalan-jalan cari rujak cingur Jawa Timur batal. Kasusnya absurd, pesawat delay, walau ngga parah tapi cukup mengganggu jadwal yang sudah tersusun rapi di kepala. Seperti biasa, begitu landing di Juanda langsung ambil Damri Bandara menuju terminal Bungurasih. Hari menjelang sore, kemacetan Sidoarjo sudah mulai terasa. Sampai di terminal Bungurasih, jam sudah mepet. Menurut info dari teman FB sesama Bismania, dari Bungurasih ke Stasiun Gubeng cukup jauh, kalo naik bis kota pasti harus ikut jalur dan akan makan waktu. Kalo sudah begitu pasti yang terjadi adalah ketinggalan kereta.
Akhirnya, jalankan rencana darurat sipil.
Naik taksi ke stasiun Gubeng. Sebenarnya bisa saja opsi naik ojek, tapi karena saya berdua bareng teman, jadi mau ngga mau harus taksi, masak mesti bonceng tiga dengan tukang ojek. Taksi deal harga 100 rb, dengan target 1 jam harus sampai di stasiun. Di dalam taksi ketar ketir juga karena kemacetan sore di kota Surabaya, dan saya buta jalur, Cuma bisa pasrah dengan sopir taksi yang berkali-kali saya Tanya apa sudah dekat ke stasiun atau belum….huft… Ternyata lagi-lagi rejeki anak soleh dating menghampiri. Belum ada sejam perjalanan aku sudah sampe di stasiun. Lega…. Hal pertama begitu sampai adalah cetak tiket yang sudah aku booking online sekitar satu bulan sebelumnya. Cetak tiket beres, keluar cari makan di angkringan pinggir jalan, untuk sekedar mengganjal perut yang sedikit lapar. Selesai makan, bersih-bersih sebentar di toilet stasiun. Sebenarnya rencana mau mandi, tapi ternyata kondisi tidak memungkinkan. Kamar mandi yang aku temukan di stasiun tidak sehebat kamar mandi di terminal Bungurasih. Akhirnya Cuma bisa cuci muka saja. Ah, biarin saja, yang penting sudah bau air sedikit, toh siang juga sudah mandi.
Beres masalah mandi, atau lebih tepatnya cuci muka…
Check in, masuk ke stasiun, yang sekarang menggunakan system boarding mirip di bandara. Rangkaian kereta masih belum datang, jadi bisa sedikit eksplorasi di stasiun yang ujung-ujungnya ditegur satpam karena dianggap berbahaya.
Galak satpamnya.
Beres masalah mandi, atau lebih tepatnya cuci muka…
Check in, masuk ke stasiun, yang sekarang menggunakan system boarding mirip di bandara. Rangkaian kereta masih belum datang, jadi bisa sedikit eksplorasi di stasiun yang ujung-ujungnya ditegur satpam karena dianggap berbahaya.
Galak satpamnya.
KA. Sancaka dan Lokomotif CC206, Ilustrasi (Sumber : google) |
Begitu rangkaian kereta sudah datang langsung mencari rangkaian gerbong eksekuitif 1 yang memang menjadi gerbong ayang akan saya naiki dalam perjalanan malam ini. Kereta berangkat tepat waktu, dan aku sudah duduk nyaman menikmati dinginnya hembusan AC central di gerbong ekskuitif 1 ini. Dengan ditarik lokomotif tipe CC206 koleksi terbaru PT. KAI, Sancaka malam siap membawaku menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Perjalanan kereta malam memang agak membosankan,karena tidak bisa menikmati pemandangan di luar, gelap semua. Kereta berhenti di beberapa stasiun, yang saya ingat singgah di Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Solo Balapan, Yogyakarta Tugu. Tepat 5 jam perjalanan, perjalananku finish di stasiun Tugu Yogyakarta. Pulang ke kotaku, ada setangkup harum dalam rindu…..
Stasiun Tugu Yogyakarta (Koleksi Pribadi) |