Sunday, 29 January 2017

Kenangan Lama

Sebuah kenangan lama saat belum ramenya orang bikin Vlog di Youtube. Kebetulan aku pernah aktif memantau sebuah milist tentang salah satu hobi yang aku sukai sejak dulu, yaitu berhubungan dengan bis. Ya dulu aku sempat tergabung di komunitas Bismania Community. 
Ada semacam tradisi kalau kita melakukan perjalanan dengan bis, selalu wajib bikin catatan perjalanan yang dikenal dengan istilah caper. Dan ini adalah caper pertama yang aku buat dan aku posting di milist Bismania@yahoogroups.com sekitar tahun 2010 silam. Menjadi sesuatu yang menarik untuk aku munculkan karena file aslinya hilang sejak laptopku rusak, tapi untungnya masih bisa aku temukan di milist. Jadi tulisan di bawah adalah edisi flashback kenangan lama bukti kenekatanku melakukan perjalanan pertama dan sendiri ke kota yang sama sekali belum aku kenal Cekidot... 

CAPER : Makassar - Toraja

CAPER : Catatan Perjalanan

Sebelumnya permisi dan perkenalkan, saya yang sedang mencoba belajar nulis caper, setelah selama ini menjadi pembaca setia milist.

Caper ini  sewaktu saya melakukan touring Makassar Toraja beberapa waktu yang lalu karena penasaran ingin tahu jalan Trans Sulawesi, tapi bingung mau kemana. Karena yang terkenal adalah Tana Toraja, aku putuskan untuk touring ke sana saja.

Minggu 23 mei 2010 : pesan tiket PO. Bintang Prima eksektuif tujuan Toraja untuk tanggal 27 Mei di agen jalan Perintis Kemerdekaan Makassar, request bis yang suspensi udara, dan tanya apakah kursi depan masih kosong, ternyata sudah terisi semua, akhirnya kupilih kursi no 7. Tiket ditebus seharga 90 ribu (kalau bis yang non suspensi udara 80rb)..tertulis di tiket berangkat jam 21.30 Wita.

Kamis 27 Mei 2010 : jam 20.30 Wita berangkat dari kontrakan menuju agen naik "petepete". Sampai di agen sudah terparkir rapi bis bis PO. Bintang Prima ke tujuannya masing-masing yaitu Toraja, Palopo, Masamba. Pandanganku langsung tertuju ke sebuah bis New Marcopolo Adi Putro dengan dapur pacu 1525, dengan livery 'formula1' dan tulisan "suspensi udara".


Ternyata ownernya Bintang Prima juga ada di agen tersebut, dan langsung aku sapa sebentar karena kebetulan beliau sudah hapal denganku yang sering blusukan di garasinya, menurutnya malam itu total berangkat 9 bis ke semua tujuan, dan beliau bertanya padaku "mau kemana ?", aku jawab mau ke Toraja, lalu bertanya lagi "naik bis yang mana ?" naik yang suspensi udara. Dan bos Bintang Prima tersebut menyayangkan kenapa aku tidak ke Palopo saja karena waktu itu Bintang Prima baru saja mengoperasikan unit Scania pertamanya. 

Lalu aku menuju ke bis yang akan aku naiki dan ditanya kernet bis yang akan aku naiki, "no tempat duduknya berapa mas ?" aku jawab no 7, lalu dicocokan dengan daftar manifest penumpang dan memang ada namaku.

Jam sudah menunjukkan jam 21.30, langsung disuruh naik oleh kernetnya. Langsung menuju ke kursi no 7, kursi Aldilla lengkap dengan footrest dan legrest plus bantal (tanpa selimut) dan jarak antar kursi yang longgar karena komposisi tempat duduknya 7 baris kiri, 8 baris kanan. Sementara di kursi no 8 telah duduk manis cewek yang lagi asik dengan hpnya (fesbukan kayaknya). Tapi apa yang terjadi ???.........saat aku mau duduk, aku ditanya seorang penumpang "mas, tempat duduknya no berapa ??" aku jawab no 7, eh.. dia tanya lagi "ngga salah mas??" tak jawab lagi "bener, ini kursi saya no 7, baris kedua sebelah kanan dekat lorong", ternyata orang itu di kursi no 8, tapi kenapa sudah ada orangnya .

Aku langsung tanya ke cewek di kursi no 8, dan dia jawab kalo dia memang kursi no 8..(loh kok dobel ??) dan sialnya, beberapa penumpang sempat menuding kalau aku yang salah bis karena saat ditanya plat no bisnya aku nggak bisa jawab karena sebelumnya aku tidak lapor ke agennya, tapi langsung lihat daftar manifest penumpang yang dibawa kernetnya, tapi aku ngotot kalau namaku ada di daftar manifest. Daripada ribut2 aku panggil kernetnya sambil aku tunjukkan tiketku,  tapi dia langsung meminta tiket yang dibawa cewe yang duduk di kursi no 8, ternyata dia yang salah naik bis...hehehee.....

Dengan agak malu langsung dia angkat semua barang-barangnya dan pindah bis. Akhirnya bisku berangkat jam 22.00 Wita dengan driver berambut keriting yang berumur sekitar 40 tahun. Kesan pertama di dalam bis ini terasa sedikit mentul-mentul suspensi udaranya. Dengan 2 tv lcd 17 inchi, dan 5 lcd kecil melengkapi interiornya.


Bis berjalan melewati jalan Perintis Kemerdekaan dengan kecepatan standar, dan sesekali berhenti menaikkan penumpang yang sudah janji untuk naik di tempat-tempat yang telah disepakati (mereka bukan sarkawi lho). Masuk ke terminal Daya Makassar di belakang Po. Metro Permai, bisku kembali terisi penumpang sampai penuh, kursi CD dan kursi kernet pun ditempati.

Memasuki kabupaten Maros bis berhenti sekitar 30 menit di kantor perwakilan yang sepertinya juga merupakan tempat pembelian oleh-oleh, tetapi aku tetap di bis. Melintasi jalan Trans Sulawesi di wilayah kabupaten Maros kondisi jalan lumayan lebar sehingga bis sedikit dipacu tetapi hal ini tidak berlangsung lama karena semakin jauh  kondisi jalan yang dilewati banyak yang rusak dan berlubang, bahkan sesekali harus berpindah jalur karena jalan yang dilewati belum selesai, ada yang sudah dibeton tapi ada yang masih tanah. Hampir selama 2 jam lebih harus melewati jalan yang belum sempurna, pokoke jalannya "ajrut-ajrutan" ngga karuan, jadi ya tidak ada aksi balapan bis seperti di Pantura (Pulau Jawa), yang ada aksi goyang-goyang bis melewati jalan-jalan berlubang sebesar "kubangan kerbau" sampai body terasa bis miring ke kanan dan ke kiri, sehingga penumpang terasa digoyang-goyang.


Terkadang malah harus berhenti untuk antri dan bergantian lewat saat berpapasan dengan kendaraan lain dari arah yang berlawanan terutama bila ada jembatan, jadi walaupun menggunakan sistem suspensi udara, aku rasa dari segi kenyamanan tetap sama saja dengan bis tanpa suspensi udara  karena kedaan jalan yang sama sekali tidak mendukung.


Memasuki wilayah kabupaten Barru, tempat kelahiran mendiang artis Andy Meriem Mattalata  (tahu kalau tempat itu kab Barru berdasarkan melihat adanya baliho kampanye pilkada yang ada di sepanjang jalan yang tertulis "kab Barru"), keadaan sangat dingin sekali sampai-sampai aku kedinginan dan terlihat hampir semua kaca bis berembun. Bis beriringan dengan sesama Bintang Prima dan beberapa bis lain, seperti Litha& co, Metro Permai, New Liman, dan beberapa bis-bis kecil serta truk-truk ekspedisi lintas Sulawesi. 

Terlihat kanan dan kiri hanyalah pohon-pohon, ladang, sesekali ada rumah penduduk dan beberapa rumah makan. Dan sepertinya bis melewati pesisir pantai karena terlihat seperti ada perahu nelayan yang sedang ditambatkan (ragu-ragu juga itu laut atau bukan karena keadaan yang gelap gulita).

Memasuki kota Pare pare, jalanan lumayan halus tapi entah kenapa bisku berhenti cukup lama (hampir 1 jam) dan sopirnya turun. Beberapa bis Bintang Prima yang lain juga berhenti, mungkin di situ juga ada kantor perwakilan PO tersebut atau pak sopir mampir ngopi dulu, aku tidak tahu. Selanjutnya bisku kembali melanjutkan perjalanan dan aku langsung tertidur, jadi kurang tahu selanjutnya melewati kota mana saja. Saat aku terbangun, tahu-tahu bis sudah berhenti lagi di sebuah tempat penjualan oleh-oleh.

Tempatnya berada di lokasi yang menurutku cukup berbahaya, karena letaknya tepat di ujung jalan yang menurun di sebuah tikungan tajam, dan dikelilingi pegunungan. Hampir semua penumpang turun untuk kencing karena cuaca pagi itu yang sangat dingin sekali dan rupanya baru selesai hujan karena aspal terlihat basah, jam sudah menunjukkan pukul 04.30 Wita. Dari hasil obrolan dengan sesama penumpang ternyata daerah tersebut merupakan wilayah kabupaten Enrekang, kira-kira masih sekitar 2 jam lagi menuju kabupaten Tana Toraja.

Saat berhenti lewatlah 2 bis Metro Permai (jurusan Makassar Toraja juga) beriringan sambil membunyikan suara klaksonnya yang khas (mirip dengan suara klakson Po. Efisiensi). Bis kembali melanjutkan perjalanan setelah berhenti sekitar 30 menit dengan sopir kedua yang masih muda.

Trek selanjutnya melewati daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang sempit dan berkelok-kelok, melewati hutan atau ladang milik masyarakat ditambah dengan pemandangan jurang menganga di sisi kanan ataupun kiri bergantian antara lereng gunung dan jurang. Di trek ini bisku solo karir alias jalan sendirian dan sama sekali tidak bertemu kendaraan ataupun manusia karena masih agak gelap. Tetapi kengerian perjalanan tersebut lumayan terobati dengan pemandangan alam Sulawesi dan sejuknya udara pagi hari.

Akhirnya setelah sekitar 1 jam digoyang dengan kelokan-kelokan jalanan, mendaki dan menurun bukit sampailah di perbatasan kabupaten Tana Toraja. Sebuah gapura selamat datang di Kabupaten Tana Toraja dengan ciri khas rumah adat Toraja.

Setelah sekitar 30 menit masuk dari pintu gerbang perbatasan kabupaten, sampailah di sebuah kota kecil yang ternyata tempat itu adalah ibu kota kabupaten Tana Toraja yaitu Makale.  Di Makale bis masuk terminal karena ada beberapa penumpang yang turun, dan naiklah beberapa penumpang sarkawi. Sebenarnya aku berniat turun di terminal ini, tetapi karena tujuanku menuju kota Rantepao jadi aku urungkan naitku tersebut karena bis ini pasti sampai ke Rantepao karena di sana terdapat kantor perwakilan utama dari Po. Bintang Prima.(dari hasil melihat peta, untuk menuju Rantepao terlebih dulu melewati Makale).

Setelah sepanjang perjalanan dari Makale banyak disuguhi pemandangan khas Toraja, sampailah di Rantepao, sebuah kecamatan yang terletak di jalan poros trans Sulawesi yang menghubungkan Toraja dan Palopo. Ternyata penumpang yang dari Makassar tinggal aku sendiri sehingga aku ditanya oleh kernetnya mau turun dimana, aku jawab kalau aku turun di Rantepao, eeh...ternyata dia tanya lagi "Rantepaonya sebelah mana ??" karena kepepet akhirnya aku jawab saja "nanti kalau bisnya sudah mau dicuci baru saya turun". Akhirnya dia mengatakan kalau bisnya sudah sampai di kantor perwakilan dan akan dibawa ke tempat pencucian, jadi aku turun saja di kantor perwakilannya untuk selanjutnya mencari penginapan di sekitar situ. Dan jam 07.00 Wita berakhirlah perjalananku dengan Bintang Prima dari Makassar ke Tana Toraja.




Tahun 2010 pernah saya posting di milis : Bismania@yahoogroups.com

ini bisnya (pribadi)


Saturday, 25 June 2016

Makassar Sidoarjo Kediri Jogja 2



Duduk di boncengan sepeda motor dari bapak ojek membawa gue meninggalkan terminal Kediri menuju Puhsarang. Gue nurut aja mau lewat mana yang pasti tujuannya  adalah Puhsarang, bukan yang lain dan gue percaya bapak ojek pasti akan nganterin gue sampai ke sana dengan selamat sehat walafiat dan tidak kurang satu apapun. Selama perjalanan sesekali bapak ojek kepo-kepo sedikit ke gue, sambil gue menikmati pemandangan di sekitar selama pengojekan ini. Sama seperti ciri khas landscape di Jawa pada umumnya suasana selama perjalanan singkat ini.
Gereja Puhsarang

Jl. Puhsarang
Setelah melewati beberapa papan nama yang menunjukkan arah menuju Puhsarang, akhirnya gue sampai di sebuah gapura , semacam petunjuk akhir kalau Puhsarang sudah di depan mata, dan akhirnya tepat setelah gue dan bapak ojek melewati gerbang itu, motor berhenti di sebuah pintu masuk sebuah halaman yang tidak lain dan tidak bukan adalah gerbang masuk gereja Puhsarang. Turun dari motor, tak lupa bayar dan ucapkan terima kasih kepada bapak ojek, gue masih sempat tanya tentang penginapan di sekitar sini, dan bapak ojek menunjuk ke sebuah rumah tepat di gerbang tadi, ya, gue diarahkan ke sebuah homestay “Mbah Kung Homestay”, rekomendasi dari bapak ojek. Dan lagi-lagi kebaikan dan pengetahuan masyarakat setempat lebih yahud daripada gue repot-repot searching dari google. Gue terpana dengan uniknya arsitektur dan khasnya bangunan di Puhsarang ini, begitu khas dan punya karakter sendiri. Karena agak lelah dengan beban di punggung gue yang sedari tadi gue pake buat gendong ransel, akhirnya gue langsung masuk ke homestay untuk cari kamar. Sebuah kamar masih tersedia buat gue. Ya jelaslah, kebetulan juga penginapan itu emang lagi sepi. Dengan harga 85 ribu untuk sebuah kamar dengan single bed yang cukup lebar dan ternyata masih ada ekstra bed di bawah tempat tidur, gue kaget dan surprised, murah sekali. Belum kamar mandi lengkap dengan kloset duduk yang sangat bersih, lantai keramik yang bersih, dan tentunya tempat tidur yang bersih pula, recommended ini homestay, bintang 5 deh. Edun…. Lagi-lagi, info masyarakat lokal emang yang paling terpercaya, dan percayalah, banyak orang baik di luar sana kawan !
Homestay mBah Kung

Kamar Mandi Homestay

Kamarnya 
Setelah bersih-bersih badan dan baring-baring sebentar, gue keluar kamar dan menuju ke kompleks peziarahan, cukup jalan kaki, lha wong deket banget masa mau naik ojek lagi. Masuk ke kompleks peziarahan ini, yang pertama dan menarik adalah arsitektur bangunannya, khas sekali dengan penataan yang sedikit rumit. Hampir semua tembok bangunan dibuat dari batu kali, bukan dengan bata merah pada umumnya. Unik deh. Gereja yang unik, kecil, terbuka, tapi tetap terlihat sakral. Pas gue masuk, gue sempat bingung, di mana ini letak gua Maria yang selalu diagung-agungkan keindahannya itu ? karena pas gue masuk ke gereja, cuma gue temukan gua kecil di samping kanan dan kiri gereja, dan gue sempatkan untuk berdoa di salah satu goa di samping altar gereja. Gue masuk semakin dalam ke kompleks pekarangan malah ketemu kompleks pemakaman, gue jalan terus, yang ada cuma warung-warung makan, gue jalan lagi, malah ketemu kompleks sekolah, ketemu lagi semacam gedung serbaguna yang bentuknya terbuka, semacam pendopo lah begitu. Gue jalan lagi dan lagi malah nemu toko-toko penjual souvenir, karena gue ngga minat untuk beli souvenir, gue males kelilingi toko – toko tersebut, tapi malahan gue sampai lagi di jalan raya. Gue makin bingung, dan bertanya-tanya dalam hati, masa tempatnya Cuma seperti ini saja? Begitu gue kelilingi toko-toko penjual souvenir tersebut, ternyata ada gapura yang tak lain dan tak bukan adalah gerbang untuk masuk ke kompleks Gua Maria. Walah ternyata gue yang bego.. Sebenarnya, sebelumnya  gue sempat tanya ke seorang di mana letak goa Maria nya dan orang tersebut sudah tunjukkan arahnya, tapi gue masih aja bingung, mungkin pengaruh kurang aqua…lha kok malah iklan…
Aula Terbuka Puhsarang


Gerbang Goa Maria Puhsarang

Goa Maria Puhsarang Kediri, akhirnya gue sampai juga di lokasi yang tepat setelah sempat muter-muter ngga jelas di kompleks tersebut. Teduh, damai, adem, ayem berada di tempat ini. Gue makhluk yang penuh dosa ini jadi merasa tidak pantas berada di tempat se agung ini. Damai hati ini begitu melihat patung Bunda Maria yang anggun seolah menyambut semua anaknya yang hadir tidak peduli dia manusia penuh dosa atau manusia yang penuh kesalahan, karena Dia adalah Bunda Yang Penuh Kasih dan  Maha Pengampun. Begitu takjubnya gue atas mahakarya ini, gue hanya bisa bersimpuh syukur karena gue masih diberi kesempatan sampai di tempat yang damai ini. Gue bingung mau ngapain, pantaskah gue berdoa ? Tapi gue yakin Tuhan senatiasa memantaskan umatnya untuk berkomunikasi denganNya dengan caranya masing-masing. Satu pikiran gue, setelah gue begitu takjub dengan tempat ini, gue akhirnya balik ke salah satu toko souvenir, gue cuma bisa mempersembahkan sepasang lilin di hadapan Bunda Maria, dan selanjutnya gue berdoa dengan cara gue. Gue duduk di salah satu bangku panjang yang tersedia, gue pilih tempat teduh di bawah sebuah pohon tepat di hadapan Patung Bunda Maria, sekitar setengah jam gue habiskan untuk bersemedi merenungi diri dan berkomunikasi dengan Tuhan melalui sebuah doa dipandu dengan setiap butiran manik-manik Rosario yang memang sudah gue bawa. Selesai berdoa, gue masih sempat lihat-lihat kanan kiri, terlihat juga ada beberapa umat yang dengan khusyuk memanjatkan doa kepada Bunda. Selanjutnya gue mulai explore lokasi di sekitar goa ini, terdapat beberapa rumah-rumah yang disebut Pondok Rosaria, lengkap dengan setiap peristiwa di dalamnya, Peristiwa Terang, Peristiwa Sedih, Peristiwa Gembira, Peristiwa Mulia. Ada lagi yang menarik perhatian gue, yaitu patung-patung sebesar ukuran manusia dewasa di bagian agak belakang kompleks goa ini, setelah gue perhatikan ternyata itu adalah diorama Jalan Salib untuk mengenang sengsara hingga wafat Tuhan Yesus Kristus. Gue langsung menuju ke tempat tersebut, gue buka panduan jalan salib singkat dari buku doa yang gue bawa. Gue ikuti setiap peristiwa, gue hayati memang pedih dan sangat berat penderitaan yang dialami Tuhan Yesus di dunia ini menjelang wafatnya. Itulah juga gue sebagai manusia biasa kadang terasa tidak ada apa-apanya dibanding perjuangan Tuhan Yesus dalam hidupnya, seorang yang hendak menghadapi kematian harus menjalani sebuah kisah sengsara yang begitu pilu. Kenapa gue kadang mudah menyerah menghadapi segala permasalahan hidup gue, menghadapi beban hidup gue, menghadapi berbagai persoalan dalam hidup gue. Bukankah semuanya demi segala sesuatu yang pasti akan baik pada akhirnya. Itulah saat-saat kesabaran diuji, mental diuji, kesetiaan diuji, dan segala aspek kehidupan diuji. Hidup itu memang berat tetapi bukankah harus tetap dijalani menurut jalan yang sudah digariskan dalam hidup gue, dalam setiap rencanaNya pasti akan indah pada waktunya. 
Goa Maria Puhsarang
Gue capek, dan hari menjelang sore, kaki gue mulai ngelu, badan sudah banjir keringat sampai basah kuyup kaos oblong yang gue pakai, dari perjalanan pagi buta, menyebrang lautan sampai akhirnya gue sampai di Puhsarang. Akhirnya gue mengakhiri ziarah batin gue untuk pada hari ini, gue kembali ke penginapan, gue istirahat, sebelumnya mampir dulu di sebuah warung depan penginapan beli air mineral dan keperluan untuk mandi. Sore itu gue tertidur dalam lelah….
Bangun tidur sudah menjelang jam 6 sore, terdengar suara hujan dari luar, dan ternyata sore itu gue tertidur dalam suasana hujan. Pantes pules bener gue tidur. Gue mandi biar ngga bau keringat. Bingung, rencana malam mau jalan-jalan di sekitar sambil cari makan malam, tapi ternyata hujan. Seperti biasa kalau menghadapi situasi sperti ini gue selalu bikin opsi, kalo sampai jam 8 malam masih hujan, artinya gue harus pinjam payung ke penginapan daripada gue kelaparan di kamar. Dan ternyata sebelum jam 8 hujan sudah reda tepat di saat cacing-cacing di perut gue mulai berontak. Keluar kamar celingak-celinguk bingung lagi karena suasana sekitar sepi sekali. Mana ini warung makan ? naluri gue tertuju ke suara doa Rosario di sebuah rumah, dan di dekat rumah tersebut warung-warung makan yang tadi siang gue lihat di ternyata masih buka. Gue singgah di salah satu warung sederhana dengan seorang bapak muda yang mungkin seusia dengan gue lagi asyik dengan kesibukannya di warungnya. Gue pesan  sate babi satu porsi dengan teh panas untuk menghangatkan badan yang masih terasa lelah ini. Tak berapa lama sudah terhidang 10 tusuk sate dan sepiring nasi di hadapan gue. Di warung sederhana ini gue tuntaskan lapar gue, tambah seporsi nasi karena gue emang lumayan lapar. Dengan 21 ribu rupiah gue sudah kenyang. Sebenarnya gue ingin ke goa Maria lagi untuk sekedar doa malam tapi gue urungkan niat itu, akhirnya gue berdoa di dalam gereja dan kembali lagi ke penginapan untuk istirahat malam, karena badan terasa lelah sekali dan besok pagi gue masih harus kembali melanjutkan perjalanan ke Jogja untuk pulang ke rumah yang selalu gue rindukan. Tidur dulu pemirsa…..ngantuk, capek.
Gue tidur lelap sampai terdengar suara azan subuh dari Mesjid, sudah pagi rupanya. Mata kembali terbuka, badan pun terjaga, gue bangun dengan nyaman sekali, hilang semua lelah gue. Hari ini sudah Rabu 4 Mei. Rencana hari ini adalah doa pagi di Goa Maria, langsung lanjut menuju stasiun Kediri untuk cetak tiket yang sudah gue booking secara online beberapa waktu yang lalu. Seperti biasa kalau pagi adalah membuang metabolisme tubuh yang mulai menumpuk dan membersihkan badan, mandi. Selesai semua, gue keluar kamar jalan ke gereja, tidak ada misa pagi rupanya, atau gue yang tidak tahu. Sepi suasana, hanya sedikit lalu lalang kendaraan. Suasana benar-benar belum menggeliat di pagi ini, deretan toko penjual souvenir juga masih tertutup, hanya ada satu dua yang sudah terbuka. Suasana khas pagi di pedesaan, masih tersisa air hujan semalam yang meninggalkan basah di tanah, rumput dan daun. Gue awali pagi ini dengan doa pagi di depan goa. Setelah sebelumnya sempat membeli lilin dan sebuah dirigen kecil untuk tempat air suci karena kakak gue titip minta dibawakan air suci. Ambil air suci, gue persembahkan di depan Bunda Maria beserta sepasang lilin yang gue nyalakan. Gue berdoa untuk mengawali seluruh perjalanan etape terakhir gue hari ini. Selesai semuanya, gue balik lagi ke penginapan, sambutan pemilik penginapan sangat baik, pagi itu gue sudah disiapkan sarapan di ruang makan. Gue menuju ruang makan, tersedia teh, kopi, dan nasi beserta lauk pauk sederhana tapi berkelas. Gue seduh teh manis panas agar kondisi gue fit terus. Meja makan tersedia nasi pecel dan tempe goreng, khas Jawa Timur banget, ajib ini………. Ke Jawa Timur dan tidak makan pecel rasanya ada yang kurang. Selesai sarapan, gue balik ke kamar untuk packing. Perjalanan gue mulai lagi pagi ini. Gue gendong lagi ransel, gue check out pagi ini juga, sekitar jam 8 pagi. Ambil KTP yang ditahan sebagai jaminan sewa kamar, bayar ongkos sewa, gue pamit dengan penginapan ini, wisma Mbah Kung. Berdasar info dari ibu pengurus penginapan, gue harus naik ojek untuk menuju ke stasiun Kediri, dan dia bersedia mencarikan ojek, terima kasih. Banyak orang baik di luar sana. Di depan penginapan rupanya ada kerja bakti dan ada seorang yang bersedia menjadi ojek bagi gue, walaupun sepertinya dia bukan berprofesi sebagai tukang ojek. Bagaimana gue tahu ? karena pas gue tanya ongkos untuk menuju stasiun Kediri, dia juga bingung mau jawab berapa, dan gue juga bingung mau kasih ongkos berapa. Lha piye iki ? akhirnya deal sepakat 30 ribu berdasarkan masukan ibu pengurus penginapan.
Dengan matic Honda Vario gue dibonceng menuju stasiun. Bye Puhsarang, semoga lain waktu gue bisa kembali berkunjung ke tempat ini lagi.
Selamat Jalan Puhsarang

Eksekutif 1 Malioboro Ekspress
Gue ngga tahu di mana letak stasiun Kediri, seberapa jauh juga nggak tahu. Gue pikir pasti ga terlalu jauh dari terminal Kediri. Ternyata masih jauh masuk ke arah kota dan muter-muter karena sepertinya banyak jalan satu arah di kota ini. Kotanya bagus, rapi, dan khas suasana kota-kota kecil lainnya di Jawa yang pernah gue kunjungi. Perjalanan sekitar setengah jam, akhirnya sampai di stasiun, bayar ongkos, dan tak lupa terima kasih kepada mas ojek. Stasiun masih sepi, gue langsung cetak tiket di mesin cetak mandiri, trus gue mati gaya, bingung mau ngapain, lha masih jam 9 pagi dan kereta gue dijadwalkan datang jam setengah 12 siang. Kereta Malioboro Ekspress dari Malang tujuan akhir Yogyakarta Tugu. Gue duduk-duduk saja di ruang tunggu, tapi gue bosan. Sebenarnya rencana mau ke monumen di simpang lima Gumul Kediri, tapi ternyata jauh dari stasiun, dan gue sudah males untuk keluar ongkos untuk sewa ojek atau taksi. Dan akhirnya gue batalkan rencana itu, gue memilih keluar dari stasiun dan jalan-jalan muter-muter di sekitaran stasiun, lihat-lihat suasana kota ini. Gue jalan muter sekitar 4 km di siang yang panas itu. Sampai kembali ke stasiun, gue mandi keringat, basah kuyup kaos yang gue pake. Ngadem lagi di ruang tunggu stasiun sampai kereta tiba, sekalian cuci mata. Sekitar jam 11 sudah ada pengumuman bagi para calon penumpang Malioboro Ekspress bisa masuk ke wilayah pemberangkatan kereta, gue masuk ke dalam setelah sebelumnya beli sepotong Roti O dan sebotol air mineral untuk ganjel perut. Sekitar jam setengah 12 lewat sedikit kereta api pun tiba, gue masuk gerbong eksekutif 1, kursi 13 B, Malioboro Ekspress pun membawa gue menuju Yogyakarta. Sekitar 4,5 jam perjalanan melalui Kertosono, Nganjuk, Madiun, Sragen, Solo, Klaten, perjalanan gue berakhir di stasiun Yogyakarta Tugu sekitar jam setengah 4 sore, dan setelah menembus macetnya kota Jogja dengan taksi, sejam kemudian gue sampai di rumah tercinta.

Empat hari di rumah, melepas rindu dengan orang tua dan keluarga, gue kembali ke Makassar Minggu petang, Garuda Indonesia GA 677 Boeing 737 800NG membawa gue terbang menuju Makassar tempat gue mencari nafkah untuk calon keluarga dan masa depan gue kelak. Menjelang tengah malam gue mendarat mulus lagi di Sultan Hassanudin International Airport di Maros, dijemput sahabat-sahabat gue di Makassar. :)


Lancarlah perjalanan gue, Thanks.
Selesai.

Puhsarang Dalam Foto :






























Wonderful Indonesia !