Saturday, 5 March 2016

Toraja Awal 2016



Kali ini gue mau cerita turing pertama gue di tahun 2016 ini. Dan plesir kali ini tidak lain dan tidak bukan adalah pergi keTana Toraja, seperti biasanya. Ngga bosen-bosen deh pergi ke sana, di samping tempatnya yang adem nan sejuk, gue sebagai seorang penggemar bis alias bismania, suka pergi ke sana karena bis-bis tujuan Toraja dari Makassar armadanya ciamik men…
Rencana ini sebenarnya udah lama gue susun, tujuan awal tetep mau plesir ngebis aja, ngga ada tujuan lain. Tapi semua berubah. Ada info dari sobat gue, kalo di tana toraja sudah dibangun salah satu maskot kebanggaan mereka yang terbaru yaitu patung Yesus dengan ukuran yang cukup besar yang ditempatkan di atas sebuah bukit. Nah, dari situ langsung aja gue eksekusi rencana tersebut, gue pengin berkunjung ke patung tersebut. Akhirnya ngobrol-ngobrol dengan sobat gue, kita putuskan untuk langsung pergi dalam 2-3 minggu ke depan, pastinya tetep bulan januari, dengan tujuan lebih cepat lebih baik. Skip skip…rencana disusun matang, kita pergi jumat malam, plesiran hari sabtu seharian, sabtu malam langsung balik ke Makassar lagi. Ajak sana sini, akhirnya keputusan terakhir ada 5 orang peserta siap berangkat ke Toraja. Seminggu sebelumnya tiket udah dibooking, dengan armada Bintang Prima yang Scania.

Armada Bintang Prima, DD 7333 BP

Ternyata, sehari setelah booking tiket, ada info yang sedikit bikin gue shock. Katanya patung Yesus di Toraja sedang ditutup untuk sementara karena wilayah sekitarnya sedang direnovasi. Jadi mesti putar otak lagi, antara batal atau tetep pergi dengan tujuan tempat yang lain. Kontak-kontak dengan sobat-sobat gue yang lain, akhirnya semua sepakat kalo kita-kita tetep berangkat apapun yang terjadi, yang penting piknik jangan sampai batal.
Hari H keberangkatan telah tiba. Jumat malam selesai misa Jumat di gereja, kami berkumpul, langsung naik petepete menuju ke pool Bintang Prima di jalan Perintis Kemerdekaan Makassar. Perjalanan lancar dan tiba di pool bis dengan selamat, sehat walafiat tidak kurang suatu apapun kecuali uang berkurang karena mesti bayar petepete, loe pikir naik petepete gratis apa…..emang angkot nenek loe… (petepete=angkot, sebutannya di Makassar)
Menunggu di pool cukup lama, sekalian cuci mata. Bis sudah standby, tinggal berangkat. Tapi hal yang ngga gue suka ternyata masih muncul. Sebuah kebijakan aneh dari pemerintah setempat yang tidak memperbolehkan penumpang untuk naik dari pool bis, jadi kami harus dilangsir dengan kendaraan minibus ke terminal…Damn… Apa sih ini ? Menurut gue ini aturan yang kurang bersahabat dengan konsumen. Kan kita konsumen harusnya bebas memilih, mau naik dari mana saja bisa, asal sudah ditentukan tempatnya. Sepertinya hanya demi mengejar retribusi terminal yang menurut gue cukup mahal untuk ukuran Indonesia, 2000 rupiah per  orang, sedangkan di Jawa saja rata-rata hanya 500 rupiah per orang. Mana terminalnya sepertinya kurang siap dalam menampung jumlah penumpang, dan juga ulah pedagaang asongan yang cenderung memaksa, apalagi pedagang ini rata-rata masih anak-anak. Inilah Indonesia.
Perjalanan dimulai. Scania K360 siap membawa kami ke toaraja. Jam 11 malam baru berangkat dan bis gue termasuk bis yang paling terakhir berangkat. Khawatir juga jadi bis terakhir, karena kalo misalnya ada trouble di jalan tidak ada teman-teman yang membantu. Seperti biasa, bis berhenti pertama di roti Maros, jajan roti sekalian kontrol manifest. Sopir tipikal kalem, tapi cukup berani juga injak gas dalam. Harus berani lah, rugi kalo mesin sekelas Scania tidak digeber. Gue pernah sekali dari Toraja dengan sopir yang sama yang membawa bis kami malam itu. Cara bawanya malam itu oke juga, satu per satu bis di depan yang sudah berangkat duluan bisa dikejar, jadi bis gue bukan yang terakhir lagi. Sepanjang perjalanan tidur-tidur ayam. Tercatat 2 kali singgah setelah berangkat dari Maros, di daerah Sidrap singgah kencing di sebuah masjid, pemberhentian kedua seperti biasa di daerah Enrekang tempat orang jual salak, gue apal banget karena sudah yang keempat kalinya gue singgah di tempat ini. Jam 5 pagi sudah masuk toraja, jam 6 finish di perwakilan di rantepao toraja utara, pemberhentian terakhir. 
Finish di Perwakilan Rantepao
Turun dari bis, jalan kaki, tujuan gue langsung Wisma Maria, penginapan langganan yang selalu gue tuju kalo pergi ke Toraja, sudah yang ketiga kalinya gue check ini di tempat ini, 3 kali juga gue pernah gagal check in gara-gara kamar sudah penuh. Tapi kali ini, kamar masih tersedia. Kami 5 orang Cuma booking 1 kamar, karena emang kami tidak bermalam, kamar hanya sebagai tempat transit untuk taruh tas, dan mandi.
Selesai beres-beres badan, langsung jalan cari mobil untuk jalan—jalan. Dari penjual bakso, kami mendapat mobil untuk disewa selama sehari termasuk sopirnya. Sebuah Toyota Kijang Super, tanpa AC, semriwing angin jendela saja, enjoy aja. Driver kami, bapak Nexi, sebuah nama yang unik untuk seorang pria…heheheheeee… 
Sekitar Patung yang Masih dalam Tahap Pengerjaan

Adventure dimulai…..
Dengan sebuah kijang yang sudah cukup berumur, kami dibawa menuju ke daerah Burake, sebelum Makale karena kami dari Rantepao Toraja Utara. Mobil ini ternyata tangguh juga, don’t judge the car by the body bro…. Dengan Bapak Nexi sebagai jokinya, kami dibawa piknik keliling sebagian Toraja pada hari itu. Joki kijang ini ternyata sangat mumpuni, skillnya ngga kalah dengan Michael Schumacer. Jalanan yang rusak disikat juga. Ternyata lokasi Patung Yesus yang kami tuju terletak diatas sebuah puncak bukit atau gunung. Kalau disebut bukit kok tinggi banget, kalo gunung kayaknya masih kurang tinggi sedikit…bingung. Yo wis, pokoknya, intinya di tempat yang tinggi. Jalan masuk dari jalan raya masih sekitar 3-4 km di daerah perkampungan dengan medan yang mendaki. Ternyata pendakian tidak sampai di situ juga, menuju ke lokasi masih ada pendakian curam dan jalanan di situ memang sedang dikerjakan, sedang ada proyek pemangkasan bukit. Jadi kijang dibawa offroad yang lumayan ekstrim. Dan, apa yang telah didengar sebelumnya kalo lokasi patung ditutup ternyata benar. Tapi Pak Nexi tidak menyerah begitu saja, karena dia seorang warga lokal jadi kami dicarikan jalur lain demi bisa sampai ke lokasi. Hebat Pak Nexi, terima kasih banyak, thank you very much, matur nuwun, nuhun pisan, kamsia…..Top is the best pokoke. Tetapi tidak sampai di situ saja tantangannya, jadi jangan senang dulu pemirsa. Jalan pintas yang lain ini, bisa gue bilang horor. Dengan sebuah kijang kami dibawa naik menembus sebuah jalan yang bisa gue bilang jalan setapak untuk mobil dengan tanjakan yang terjal, dan cukup panjang. Terus terang gue pribadi deg-degan dengan situasi macam ini. Jalanan tanah basah berbatu yang cukup terjal, dengan jurang yang dalam, shit, I hate it. Jujur nyali gue jadi ciut. Ini jalanan basah karena musim hujan. Gue mikirnya kalo bisa naik, ntar turunnya gimana ? Ga bisa gue bayangin kalo tiba-tiba pas turun rem nya blong kan berabe, mana gue belum kawin…Hush…ngelantur…  Pokoknya macem-macem aja pikirannya orang takut. Dengan skill off road dari sang joki, Pak Nexi, akhirnya kami sampai juga ditujuan…. Mantap emang ini sopir, nyalinya gede dan nekat juga. Setelah sampai lupa sudah rasa takut yang gue pikirkan tadi.
Indahnya pemandangan, dan luar biasanya maha karya ini… 
Patung Yesus Burake Tana Toraja

Pak Nexi amazing driver, baju biru celana pendek yg di belakang

Kijang Super yang benar-benar super

Setelah puas menikmati pemandangan dan menganggumi sebuah maha karya yang luar biasa, sekarang waktunya yang ditunggu-tunggu, yaitu, gue harus turun kembali, dan ini yang bikin nyali gue ciut lagi. Gue Cuma bisa berdoa semoga selamat sampai tujuan. Dan sekali lagi, don’t judge the car by the body berlaku lagi di situasi ini. Ibarat sumber kencono dengan Hino AK bisa mengalahkan Scania K360, kunci utamanya yaitu dari jokinya, ya dari sopirnya, atau dari driver yang mengendalikan kendaraan tersebut. Kembali ke cerita turun dari bukit Burake. Kijang super ini turun dengan mulus dan luar biasa, jokinya mengendalikan dengan sangat sempurna, nilai 100 untuk Pak Nexi, standing aplaus harus diberikan dengan skill ini. Kami semua turun dengan selamat sampai di jalan raya, sekali lagi dan sekali lagi, Pak Nexi adalah man of the match hari itu. …Hebat. 
1. Pemandangan dari atas Patung Yesus

2. Pemandangan kota Makale dari atas Patung Yesus      

3. Pemandangan dari atas Patung Yesus
 Wonderful Indonesia !







Tuesday, 12 January 2016

Catatan Iseng Rutinitas Trip Mudik...

Mei 2015
Bulan Mei ini, aku  mudik alias balik kampung seperti yang sudah aku rencanakan semenjak kalender 2015 terbit secara resmi. Transportasi sudah beres, tinggal nangkring saja semuanya. Dari sisi perjalanannya agak sedikit berbeda dari biasanya. Biasanya pesawat Lion Air malam lanjut bus Patas Eka Cepat, tapi kali ini aku lakukan sedikit modifikasi.  Terbang siang lanjut kereta api. Jadi bisa dipastikan aku ga duduk di di dalam kabin hasil dari karoseri Morodadi dan kursi Aldilla, serta menikmati lengkingan khas dari engine Hino RK8 yang menderu memecah sunyinya malam antara aspal Surabaya Jogja. Dan juga ga duduk menikmati semangkok bakso dengan porsi yang menyedihkan di rumah makan Duta Ngawi Jatim pas dini hari atau tepatnya lewat tengah malam jelang pagi. Serta, yang paling penting aku absen menikmati aksi driver-driver to fast and furious versi bus Jawa Timuran di lintas Surabaya Solo Jogja yang  kadang-kadang bikin jantung ini deg-deg an, aliran darah berdesir memicu adrenalin  karena aksi-aksi overtaking bus Jawa Timur yang kadang-kadang berbahaya, yang mungkin hamper semua orang menyebut aksi ini berbahaya mengarah ke gila, selama hampir semalam suntuk. Tapi bagiku ini sensasional. It’s showtime pokoknya. Ngeri-ngeri sedap...
Rehat dulu, makan pisang….
Pisang udah ditelan semua…
Bus Patas EKA Cepat. (Sumber :google/bismania.com)

Ya, mudik kali ini memang beda dan berbahaya, lebay kalo yang ini. (kok jadi kayak lagunya SID)…
Kembali ke laptop, eh ke topic…...
Kali ini aku naik pesawat siang, tepatnya sesudah makan siang. Pake citilink. Setelah bertahun tahun ga naik ini pesawat. Lanjut pake kereta api kebanggaan Negara, KA Sancaka eksekutif. Kenapa ? Karena aku kangen naik kereta jarak jauh, setelah hampir 7 tahun aku tidak naik kereta api jarak jauh,  dan kebetulan jamnya bisa didapatkan. Setelah bertahun tahun tidak kesampaian untuk mencoba cara yang satu ini. Waktu pertama booking pesawat sudah aku incar ini kereta, tapi apa daya jamnya ga pas. Dan factor “wong bejo” serta rejeki anak soleh sedang berpihak padaku. Ternyata ada perubahan jadwal perjalanan kereta, sehingga si Sancaka ini jamnya mundur, jadi masih bisa dikejar setelah pesawatku landing, bahkan masih ada waktu untuk sekedar jalan-jalan dan mencuci mata di Surabaya yang panas, rencananya.  Padahal aku juga belum tahu cara menuju stasiun dari terminal bis. Pokoke jalan-jalan dulu, secara aku belum pernah liat kota Surabaya.
Citilink Airbus A320 (Koleksi Pribadi)

Skip skip…Tiba pas hari H keberangkatan.
Rencana tinggal rencana.
Akhirnya plan jalan-jalan cari rujak cingur Jawa Timur batal. Kasusnya absurd, pesawat delay, walau ngga parah tapi cukup mengganggu jadwal yang sudah tersusun rapi di kepala. Seperti biasa, begitu landing di Juanda langsung ambil Damri Bandara menuju terminal Bungurasih. Hari menjelang sore, kemacetan Sidoarjo sudah mulai terasa. Sampai di terminal Bungurasih, jam sudah mepet. Menurut info dari teman FB sesama Bismania, dari Bungurasih ke Stasiun Gubeng cukup jauh, kalo naik bis kota pasti harus ikut jalur dan akan makan waktu. Kalo sudah begitu pasti yang terjadi adalah ketinggalan kereta.
Akhirnya, jalankan rencana darurat sipil.
Naik taksi ke stasiun Gubeng. Sebenarnya bisa saja opsi naik ojek, tapi karena saya berdua bareng teman, jadi mau ngga mau harus taksi, masak mesti bonceng tiga dengan tukang ojek. Taksi deal harga 100 rb, dengan target 1 jam harus sampai di stasiun. Di  dalam taksi ketar ketir juga karena kemacetan sore di kota Surabaya, dan saya buta jalur, Cuma bisa pasrah dengan sopir taksi yang berkali-kali saya Tanya apa sudah dekat ke stasiun atau belum….huft… Ternyata lagi-lagi rejeki anak soleh dating menghampiri. Belum ada sejam perjalanan aku sudah sampe di stasiun. Lega…. Hal pertama begitu sampai adalah cetak tiket yang sudah aku booking online sekitar satu bulan sebelumnya. Cetak tiket beres, keluar cari makan di angkringan pinggir jalan, untuk sekedar mengganjal perut yang sedikit lapar. Selesai makan, bersih-bersih sebentar di toilet stasiun. Sebenarnya rencana mau mandi, tapi ternyata kondisi tidak memungkinkan. Kamar mandi yang aku temukan di stasiun tidak sehebat kamar mandi di terminal Bungurasih. Akhirnya Cuma bisa cuci muka saja. Ah, biarin saja, yang penting sudah bau air sedikit, toh siang juga sudah mandi.
Beres masalah mandi, atau lebih tepatnya cuci muka…
Check in, masuk ke stasiun, yang sekarang menggunakan system boarding mirip di bandara. Rangkaian kereta masih belum datang, jadi bisa sedikit eksplorasi di stasiun yang ujung-ujungnya ditegur satpam karena dianggap berbahaya.
Galak satpamnya. 
KA. Sancaka dan Lokomotif CC206, Ilustrasi (Sumber : google)

Begitu rangkaian kereta sudah datang langsung mencari rangkaian gerbong eksekuitif 1 yang memang menjadi gerbong ayang akan saya naiki dalam perjalanan malam ini. Kereta berangkat tepat waktu, dan aku sudah duduk nyaman  menikmati dinginnya hembusan AC central di gerbong ekskuitif 1 ini. Dengan ditarik lokomotif tipe CC206 koleksi terbaru  PT. KAI, Sancaka malam siap membawaku menuju Stasiun Tugu Yogyakarta. Perjalanan kereta malam memang agak membosankan,karena tidak bisa menikmati pemandangan di luar, gelap semua. Kereta berhenti di beberapa stasiun, yang saya ingat singgah di Mojokerto, Jombang, Nganjuk, Madiun, Solo Balapan, Yogyakarta Tugu. Tepat 5 jam perjalanan, perjalananku finish di stasiun Tugu Yogyakarta. Pulang ke kotaku, ada setangkup harum dalam rindu….. 
Stasiun Tugu Yogyakarta (Koleksi Pribadi)

Monday, 16 July 2012

Trip Toraja-Makassar(2)

Sabtu, 14 Juli 2012
Jam 19.00 check out dari hotel setelah sehari di Rantepao dan kuhabiskan dengan tidur karena  dinginnya Toraja membuat pilekku tambah parah. Jalan kaki ke perwakilan Bintang Prima di Rantepao, sekitar 1 km dari hotel, scania yang nantinya bakal mengantarku ke Makassar masih parkir di lapangan dekat hotel temp[atku menginap. Aku mampir dulu di warung bakso untuk ganjal perut dan bisa menhangatkan badan. Setengah delapan aku datang ke perwakilan, kata penjaga agen, bisnya nanti baru datang jam 9 karena sebelumnya harus menjemput penumpang. Daripada kelamaan menunggu, aku muter-muter dulu lihat aktivitas pemberangkatan bis malam di agen-agen yang tersebar di sekitar pasar Rantepao.
Jam 8 lewat, aku cari makan lagi, karena dari siang belum ketemu nasi biar nanti tidak kelaparan di bis.
Jam 8.45 kembali lagi ke agen yang mulai dipadati calon penumpang. Serahkan tiket, nopol bis ditulis DD7888BP. Malam itu, sudah parkir 3 Bintang Prima JB 1525 air suspensi. Sekitar jam 9 datang juga scania ungu yang aku tunggu-tunggu, bis sudah terisi beberapa penumpang yang dijemput entah di rumahnya atau di hotel. Begitu parkir,langsung naik melalui pintu depan menuju ke kursi no 12. Bis berkapasitas 32 penumpang, pintu tengah, non toilet, konfigurasi kursi 8 deret kanan kiri, busa tebal tapi masih lebih lebar kursi Metro Permai yang aku naiki malam sebelumnya, footrest, guling, selimut. 

Jam 9.30 berangkat tapi beberapa kali berhenti menjemput penumpang, malahan harus menunggu cukup lama. Di ruas jalan antara Rantepao menuju Makale mengekor Metro Permai marco 1526. Stop lagi di agen Makale  bareng 2 Manggla Trans 1830 dan 1626, semua kursi terisi. Meninggalkan Makale jam 22.30, lampu kabin dimatikan menyisakan led biru kecil langsung jos di jalan yang berkelok kelok dan menurun, sementara di depan tidak ada bis lain, beberapa bis sudah berangkat lebih dulu saat bisku masih loading penumpang di Makale tadi. Melintas perbatasan Tana Toraja-Enrekang, aku tidur dan terbangun saat lampu kabin dinyalakan. Ternyata berhenti di Rumah Makan “Panorama Jaya” puncak Enrekang sekitar jam 12.  Ada 6 bis yang berhenti, bisku satu-satunya scania, 5 lainnya 1830, 3 Litha&co, 1 Manggala Trans, 1 Metro Permai. Datang beberapa saat kemudian berturut-turut 1 Manggala Trans JB 1626, 2 Metro Permai 1526 marco.  Aku turun untuk ke toiet dan beli air mineral. Istirahat  sekitar 30 menit, lanjut jalan di belakang Metro Permai 1830. Melintasi jalan gelap dan berkelok kelok di  pegunungan tanpa  mengovertake ataupun mengovertake, sesekali bahkan harus berhenti saat kres dengan truk ditikungan U. Aku pun tertidur kembali…zzz…zzz.zzz
Saat bangun tidur, kurasakan bis sudah berlari kencang melewati poros Sidrap-Rappang. Wah, tampaknya si ungu ini mulai unjuk gigi. Di sini mulai kres dengan bis-bis dari Makassar, tapi kali ini aku kesulitan mengidentifikasi bis yang kres karena kencangnya bisku. Beberapa kali melakukan overtake  tapi aku sulit mengidentifikasi karena posisiku di sebelah kanan. Saat melakukan overtake, ranting-ranting pohon yang menjulur di pinggir jalan disambar dengan ganasnya. Bener-bener bis balap.
Jam 02.30 melewati jalan poros Sindenreng-Parepare, mengekor 1830 Litha&co sampai memasuki Parepare tanpa overtake karena jalan  sempit. Begitu keluar dari Parepare, di dukung jalan yang  lebar dan halus antara kab. Barru sampai Pangkep, sopir mulai menggila, gas dibejek lagi, korban pertama Litha &co yang dari tadi hanya bisa diikuti.
 Jam 3 sudah masuk di poros Pangkep Maros, mulailah terlihat bis-bis dari Palopo di depan, dan adu cepat dimulai lagi disini, satu per satu di over take, yang berhasil teridentifikasi,  scania hitam marco Bintang Prima di OT dari kiri, Pipposs millennium ekonomi, Bintang Timur 1525 marco putih biru, Alam Indah cooler panorama3. Saat melewati jalan rusak, si ungu ambil jalur paling kiri di samping beberapa mobil pribadi, ternyata di jalur kanan luar, lagi-lagi Litha&co 1830 “Biringkanaya” melibas dan langsung nagcir di depan diikuti Alam Indah panorama3 yang tadi diover take. Sepertinya sopir panas, langsung dikejar lagi kedua bis tersebut, tapi kali ini agak ngawur, lubang jalanan dihajar saja, sampai suspensi bunyi “jeglok”. Over take lagi Alam Indah panorama3, Pipposs Evonext 1526, Gunung Rejeki marco 1525, 2 Garuda selempang NA mercy doyok, Alam Indah tentrem 1518, sementara Litha &co “Biringkanaya”bisa di OT menjelang masuk di kota Pangkep.
Jam 4.30 Masuk wilayah Maros, masih berlari kencang dan beberapa kali menghajar lubang jalanan dengan liar, tiba-tiba terdengar bunyi “jeeeeesssssss” seperti ada yang bocor diikuti suara alarm. Aku sudah berpikir, kalau balon suspensinya yang bocor akibat beberpa kali menghajar lubang tadi. Pas di depan Pengadilan Agama Maros, berhenti bunyi mendesis terus terdengar.  Sopir dan kru turun. Ternyata sumbernya adalah bocornya selang angin yang digunakan untuk membuka pintu akibat tergencet, kata kernetnya. Akhirnya bis-bis yang tadi diovertake dengan ganas, lewat saja dengan salam klakson, sementara si ungu masih dalam perbaikan darurat. Sekitar 15 menit selesai juga, dan kembali melanjutkan perjalanan, kali ini lebih slow.
Jam 05 masuk ke bandara, bareng dengan Litha&co 1830, Alam Indah, Pipposs, Metro Permai, Manggala Trans. Bandara jadi seperti terminal dadakan. Keluar bandara, masuk kota Makassar jam 06, berhenti isi solar di spbu jalan Petarani, hampir semua penumpang sudah turun, tinggal menyisakan aku sendiri dan 3 orang bule yang masih terlelap di kursinya. Saat isi solar ini aku mengamati interior si ungu yang sudah berusia sekitar 1 tahun ini sudah terlihat kusam, saat di Toraja aku lihat bodynya sudah didempul di beberapa bagian. Selanjutnya bis langsung pulang ke garasi, aku akhiri perjalanan di garasi Bintang Prima jalan Urip Sumoharjo depan kantor Gubernur.        

Trip Makassar-Toraja(1)


Jumat, 13 Juli 2012
Jam 19.00 berangkat dari kontrakan, mampir atm ambil “sangu”, naik petepete, masih ngetem sekitar 30 menit di depan MTC (Makassar Trade Center). Sampe di jalan Urip Sumoharjo sebelum Makodam 7 Wirabuana jalanan macet, jarak 1 km ditempuh hampir 1 jam, waktu sudah hampir jam 20.30 malah makin parah macetnya, padahal bisku berangkat jam 21.00 dari agen di jalan Perintis Kemerdekaan depan MToS (Makassar Town Square).  Jarak ke MToS masih sekitar 1 km lagi. Daripada telat aku putuskan turun di depan Makodam lanjut jalan kaki. Agak cepat aku berjalan akhirnya 15 menit kemudian  sampai juga di agen dengan bermandi keringat. Langsung ke loket serahkan tiket yang sudah aku pesan seminggu sebelumnya ke petugas agen, ditulis plat nomor DD7587UA, Metro Permai “High Class” JB 1830 pintu tengah, non toilet, 28 seat 7 baris kanan kiri, tarif 150 ribu plus air mineral 600 ml.
 
Sambil nunggu waktu keberangkatan, aku iseng-iseng inspeksi ke agen Bintang Prima mencari tahu armada Scania manakah yang nanti akan aku naiki dari Toraja, karena aku juga telah beli tiket Toraja-Makassar untuk malam berikutnya di agen Makassar, tarif 120 ribu dengan tambahan 5 ribu karena pesan bukan di kota keberangkatan. Ternyata malam itu yang jalan Toraja adalah JB Scania  ungu livery biola, K310.
Kembali ke agen Metro, langsung menuju ke depan bis yang akan aku naiki, ngobrol sebentar dengan kernet, langsung aku naik ke bis karena akan segera berangkat.
Masuk ke kabin, wow, kursi lebar “Aldilla” dengan busa tebal plus legrest footrest, lengkap dengan bantal dan selimut “spongebob”nya, lebar lorong yang cuma sekitar 30 cm membuatku harus berjalan miring menuju ke  kursi no 5, singgasanaku sampai esok pagi. Di setiap sampul kursi juga dibordir nomor masing-masing kursi, walaupun di rak atas juga tertempel nomor.

 
Jam 9 lewat sedikit bis berangkat dengan penumpang 5 orang menyusuri jalan Perintis Kemerdekaan menuju ke terminal Daya. Sampai terminal semua penumpang disuruh turun dulu untuk membayar retribusi 500 rupiah dan masuk ke dalam terminal sementara bis menuju ke parkiran keberangkatan. Sungguh sebuah kebijakan yang sangat merepotkan.
Begitu bis parkir, aku naik lagi. Parkir sekitar 30 menit untuk menambah penumpang. Terparkir juga 2 Charisma Transport, 2 Manggala Trans, 1 Metro Permai. Jam 10 lewat berangkat lagi dengan tambahan 10 penumpang. Di jalan tambah 2 penumpang yang sudah janjian naik di tempat yang dilewati. Sampai di depan spbu di dekat bandara kres dengan Litha & co keberangkatan siang dari toraja, trus bisku berhenti cukup lama. Berturut-turut diovertake Litha & co “Masterpiece” 1830 toraja, 2 Litha 1525 Mamuju, 2 Manggala Trans 1830 dan 1626.
Terdengar salah satu kru beberapa kali menelepon, ngga tahu apa yang dibicarakan karena menggunakan bahasa daerah. Saat berbicara dengan bahasa Indonesia aku baru mengerti, ternyata ada seorang penumpang yang tadi ditinggal karena sampai bis berangkat dia tidak datang terjebak macet katanya, dan rencananya akan diikutkan bis Metro yang berangkat belakangan. Ternyata penumpang tadi sudah naik PO lain. Akhirnya jalan lagi, dan ternyata malam itu aku duduk sendiri. Wah lumayan beli 1 tiket dapat 2 kursi lebar, 2 bantal, 2 selimut, sambil menikmati suspensi udara 1830.
Sekitar jam 11, stop lagi di Roti Maros “Setia Kawan” bersama 1 Gunung Rejeki marco 1525 Palopo dan Alam Indah MP. Beberapa penumpang turun untuk membeli bekal atau oleh-oleh, aku turun untuk kencing saja. Di Roti Maros yang lain juga banyak berhenti bis-bis yang tadi lewat saat bisku berhenti di depan spbu.
Kembali melanjutkan perjalanan, melintas jalan poros Maros, di depan terlihat Charisma Transport 1521 AP selempang dulu eks Efi tapi sekarang kondisinya sudah “buluk”, bahkan lampu belakangnya tidak ada yang menyala sama sekali, kecuali kalo sedang injak rem, dan nyalakan sign. Beberapa saat mengekor akhirnya Charisma bisa disalip dari kanan dan bisku mulai melaju kencang sendirian di jalan yang agak sepi dengan mengover take beberapa truk ekspedisi. 
Jam 11.30 masuk wilayah Pangkep, masih sendirian dan aku rasakan melaju cukup kencang di jalan lurus poros Pangkep-Barru, tiba-tiba dari sebelah kiri dengan tenangnya Litha & co “Masterpiece” 1830 JB mengovertake bisku dan langsung ngacir sampai tak terlihat lagi bokongnya. Karena sepi, jalan halus, plus music nostalgia Pance dkk maka ngantuklah aku. Kedua footrest aku naikkan, kedua bantal  ditata sedemikain rupa, tidur deh…zzzz..zzzz..zzzz.
Bangun sekitar jam 1.30  sudah masuk wilayah kab. Barru. Mendekati Parepare bisku mengovertake Litha &co mercy lama tujuan Poso. Masuk Parepare mengekor Bintang Timur 1626 JB biru tujuan toraja tapi sulit disalip karena jalan yang sempit. Di sini mulai kres dengan bis malam tujuan Makassar, diawali dari Litha &co, Pipposs bis 3/4.  Berhenti isi solar bareng dengan Litha&co 1830 yang tadi mengovertake bisku. Ternyata Litha&co  ini bertag body “Biringkanaya”, sama-sama tujuan toraja. Saat berhenti, lewat Bintang Marwah 1830 JB tujuan Palopo, Pipposs RS, Litha&co tujuan Poso. Selanjutnya Litha&co “Biringkanaya”  start duluan.
 
Di sepanjang poros Parepare-Sidrap, kres dengan banyak bis, yang berhasil aku identifikasi, 2 Garuda dari Malili, iring-iringan Bintang Timur, Bintang Prima, Alam Indah, Bintang Martwah, Charisma Transport, Litha&co, Pipposs, semuanya dari Palopo dan sebuah bis ¾ yang full muatan diatap trayek Manado-Makassar. Sekitar jam 2 masuk wilayah Sidrap, kres dengan bis-bis dari Toraja, Bintang Prima, Metro Permai, Manggala Trans, Litha &co. Di spbu pas di pertigaan yang menjadi titik temu antara kendaraan dari Toraja dan Palopo terlihat rombongan Litha&co 1830 berhenti, entah ngapain.
Di daerah Rappang,perbatasan Sidrap dan Enrekang, jalanan lurus tapi agak sempit, di belakang kanan aku lihat ada lampu Jetbus nyosor dari belakang, ternyata Bintang Prima scania ungu livery biola mengover take tanpa ampun dan langsung ngacir, padahal waktu keberangkatan scania ini dan bisku terpaut sekitar 1 jam. Tidak lama sesudahnya kembali Litha&co “Biringkanaya” juga mengover take bisku dan tampaknya langsung mengejar si scania tadi. Dan aku pun kembali tertidur…zzz..zzz..zzz. Terbangun sekitar jam 3 saat lampu kabin dinyalakan dan bis berhenti di rumah makan kecil pas di belokan, ternyata sudah masuk kab. Enrekang. Ternyata banyak juga temannya. 5 Bintang Prima (4 JB MB 1525 dan 1 Scania ungu tadi), 2 JB Manggala Trans 1525 dan 1626, 1 Bintang Timur JB biru 1626, dan lewat juga 1 Manggala Trans JB ungu 1830.
Istirahat sekitar 20 menit, ganti sopir, dan ganti kernet. Sopir dan kernet yang tadi berpasangan sejak dari Makassar istirahat di belakang, digantikan sopir dan kernet yang dari Makassar istirahat di belakang. Dari sini mulai naik gunung, jalanan berkelok dan gelap. Melewati rumah makan “Panorama Jaya” di puncak Enrekang, terlihat 4 unit 1830, masing-masing 3 Litha&co Masterpiece dan 1 Manggala Trans sedang istirahat. Aku kembali melanjutkan tidur..zzz..zzz..zzz.
Terbangun sudah jam 04.30 saat masuk di pintu gerbang “Selamat Datang di Tana Toraja”. Bis berhenti menurunkan 2 penumpang, di over take Manggala Trans marco 1525 dan Metro Permai marco MP 1525 juga, selanjutnya bisku berjalan beriringan dengan kedua bis tersebut melewati jalanan berkelok di Tana Toraja. Jam 05.30 masuk Makale, ibukota Tana Toraja, jam 06.30 perjalananku finish di depan perwakilan Metro Permai di Rantepao, turun langsung cari penginapan untuk transit 1 hari ini.

Saturday, 7 July 2012

Bersepeda dan Bakti Sosial


Bersepeda lagi.
Kali ini kegiatannya diselingi dengan kegiatan sosial, yaitu pengobatan gigi gratis di dusun Tamanyeleng Gowa. Kosema (klub sepeda saya) bekerja sama dengan rekan-rekan dokter gigi di Makassar yang juga hobi sepeda yang tergabung dalam Dental Cyling Club mengadakan bakti social pengobatan gigi gratis. Kami berangkat pagi dari kawasan Metro Tanjung Bunga menuju lokasi yang berjarak sekitar 10 km.
Antusias warga setempat cukup bagus, terbukti beberapa ada yang memeriksa dan mencabut gigi, terutama anak-anak kecil dengan diantar orang tuanya.
Sepeda, go Green, Bakti Sosial, sebuah perpaduan yang sempurna. 
Gowa, 20 Mei 2012















Friday, 9 March 2012

Pulau Liukang Loe

Pulau Liukang Loe dapat merupakan pulau yang terdekat dengan kawasan pantai pasir putih Tanjung Bira. Untuk menyeberang ke pulau ini kita bisa menyewa kapal kecil atau speed boat dari pantai pasir putih Tanjung Bira, tarifnya sekitar 250 ribu, jadi akan lebih hemat apabila bisa rombongan. Waktu tempuhnya hanya sekitar 30 menit saja. Pulau berpasir putih yang sangat indah ini termasuk pulau berpenghuni, termasuk dalam wilayah kecamatan Bonto Bahari kabupaten Bulukumba. Terdapat pula penginapan yang berada persis di bibir pantai degan pemandangan laut menghadap ke pantai pasir putih. 
View 1

View 2

View 3

View 4

Makam yang Terhantam Abrasi

View 5

View 6

Suasana Pulau yang Damai

View 7

Rumah Warga Pulau

Sekolah Dasar No. 170 Liukang loe

Jalan Desa di Pulau

Rumah Penduduk Setempat

Penginapan